Selasa, 20 Agustus 2013

Khotbah

Sekali peristiwa di Inggris, ada seorang pria yang menulis dalam sebuah surat kabar, begini;

"Nampaknya para pendeta itu merasa bahwa khotbah-khotbah mereka itu sangat penting, sehingga untuk itu mereka menghabiskan waktu yang banyak untuk mempersiapkannya. Namun terus terang, saya sudah mengikuti kebaktian di gereja secara agak teratur selama 30 tahun. Jadi selama itu mungkin saya sdh mendengar sebanyak 3000 khotbah, tetapi nyatanya tidak ada satupun yang saya ingat dari khotbah-khotbah itu. Saya pikir, apa yang dikerjakan oleh seorang pendeta itu sia-sia. Lebih baik mereka melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat".

Selama berminggu-minggu surat itu tidak ada tanggapan, tetapi akhirnya seorang pria yang lain menanggapi hal itu demikian;

"Saya sudah menikah selama 30 tahun. Selama itu kalau dihitung-hitung saya sudah makan sebanyak 32.850 kali, yang hampir semuanya adalah masakan dari istri saya. Ternyata juga, saya mendapati bahwa sayapun tidak dapat mengingat lagi satupun menu dari masakan-masakan itu. Tetapi yang saya tahu, saya sudah menerima sat-sat yang bergizi baik dari makanan itu, dan saya menikmatinya. Sehingga oleh karena itu, saya dapat hidup sehat, tidak sampai mati kelaparan hingga saat ini.

Bagaimana dengan kita?  Dapatkah kehidupan rohani kita bertumbuh tanpa mendengarkan khotbah dalam ibadah-ibadah?
(Yesaya 55:11) "FirmanKU yang keluar dari mukutKU; tidak akan kembali kepadaKU dengan sia-sia, tetapi Ia akan melaksanakan apa yang KUkehendaki, dan akan berhasil dengan apa yang kusuruh kepadanya".

Selasa, 30 Juli 2013

Wajah Kapten Kapal;

Pengarang novel terkenal Robert Louise Stevenson pernah mengadakan perjalanan ke samudera pasifik selatan. Pada waktu kapal yang di tumpangi itu menuju ke selatan, tiba-tiba angin ribut menyerang. Dia berfikir bahwa angin ribut itu hanya sebentar saja, tetapi makin lama kapal itu makin tergoncang karena ombak besar dan angin kencang.
Stevenson tidak sabar, ia keluar dari kamarnya untuk menuju dek kapal untuk menemui sang kapten kapal itu.  Stevenson ingin tahu situasi kapal saat itu, tetapi waktu ia melihat wajah Kapten, segala keraguan Stevenson hialng seketika.
Atevenson melihat wajah kapten begitu tenang dan malah tersenyum. Stevenson kemudian kembali ke kamarnya dan memberitahukan teman-temannya; "saya melihat wajah kapten kapal begitu tenang, kita tidak perlu merasa kuatir," katanya begitu meyakinkan.
Mendengar penjelasan Stevenson teman-temannya menjadi lega.

Sering angin badai dan ombak besar menggoncang kehidupan dan pelayanan kita. Namun Tuhan Yesus selalu dengan tenang memperhatikan kita, sebab itu maei kita memandang kepada NYA, dalam doa dan permohonan.
Kita tidak perlu kuatir  karena Yesus adalah kapten perahuckehidupan kita.

"Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka IA akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkannya orang benar itu goyah," (Mazmur 55:23)

Minggu, 28 Juli 2013

Ketekunan;

Suatu hari saya berjalan ke sebuah museum, dan disana saya menjumpai sebuah patung yang sangat menarik perhatian saya sehingga menghabiskan beberapa menit disana untuk memperhatikan betapa indah patung tersebut. Lekukan-lekukan yang halus dan kikisan yang sempurna seakan membuat patung itu seperti nyata.

Patung ini awal hanya sebuah kayu kasar dan hanya berbentuk bulat, namun, melalui tangan terampil dari "sang pengukir" dan dengan keuletan serta ketabahannya kayu ini sedikit demi sedikit dipahat dengan ketekunan dan hasilnya sebuah patung yang meng-agungkan.

Pembelajaran ini mengingatkan saya tentang pembentukan kepribadian Kristiani, yang membutuhkan ketekunan untuk mencapai kedewasaan...... "....... dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan." (Roma 5:4)

Jumat, 26 Juli 2013

Khotbah Sapi dari Wesley;

Suatu hari Jhon Wesley sedang berjalan dengan seorang yang bersusah hati, ia menyatakan keragu-raguannya akan keilahian Allah kepada penginjil itu. Katanya : "saya tidak tahu dengan apa yang saya perbuat terhadap segala kekuatiran dan kesusahan ini." Pada saat itu Wesley melihat seekor sapi sedang menatap tembok. "Apakah engkau tahu," tanya Wesley, "mengapa sapi itu memandang tembok ?, "tidak," sahut laki-laki itu.
Sapi itu memandang tembok karena penglihatannya tidak dapat menembusi tembok itu. Begitulah engkau harus lakukan terhadap tembok kesusahanmu. "Pandanglah dan hindarilah."

Iman memampukan kita untuk melintasi tembok dan memandang kepada Kristus yang dapat mengatasi segala-galanya.
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. (Ibrani 11:1)

Burung Unta;

Menurut cerita, unta akan membenamkan kepalanya kedalam pasir bila dikejar. Apakah demikian dengan sausara ? Menutup mata terhadap lesulitan ?
Hidup sebagai orang Kristen bukan seperti burung unta. Bila kesulitan menghadang kita, jalanilah jalan iman. Tuhan Yesus telah memberi teladan kepada kita, bila kita menjumpai kesulitan.  Pada waktu Yesus diperhadapkan dengan suatu kesulitan besar, hendak disalib, Yesus hanya berkata, "Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu daei padaKu, tetapi janganlah seperti yang kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39)

Yesus tidak melarikan diri dari persoalan yang dihadapi. Dia patuh pada kehendak BapaNya yang disurga.  Demikian juga dengan kita, bila kita menghadapi kesulitan hidup, serahkanlah semua itu kepada Tuhan.
Salam..

Kamis, 25 Juli 2013

Pondok yang Terbakar

Pada suatu hari ada sebuah kapal yang menabrak karang, dua penumpangnya selamat dan terdampar dipulau yang tidak berpenghuni.  Berbulan-bulan mereka tinggal disana tapi tidak ada pertolongan yang datang kepulau itu.  Akhirnya mereka mendirikan sebuah pondok untuk tempat tinggal.  Setelah bertahun tahun mereka tinggal disana, pondok mereka terbakar.  Melihat kejadian itu mereka menjadi sedih dan menyesali apa yang sudah terjadi.  Semangat mereka untuk hidup hilang bahkan keduanya jatuh sakit.  Keduanya merasa bahwa Tuhan telah mengutuk mereka.

Beberapa hari setelah itu, mereka melihat bintik hitam yang makin lama makin jelas dan ternyata itu adalah corong asap kapal laut yang sedang menuju ke pulau tempat mereka berada.  Tidak lama lemudian kapal itu merapat ke pantai. sebuah sekuci diturunkan dari kapal itu. Kedua orang itu saling memandang nyaris tidak percaya kepada pemandangan mereka. Akhirnya keduanya dipersilahkan naik ke atas sekuci dan dibawa ke kapal.  Kapten kapal kemudian menceritakan bahwa ia melihat asap yang mengepul ke angkasa dan yakin ada oranga yanh terdanpar dipulau ini, memerlukan pertolongan.

Apa saudara juga pernah meratapi "pondok" yang terbakar seperti itu ? bagi orang percaya Tuhan punya rencana dengan setiap peristiwa yang terjadi, Tuhan tidak akan meninggalkan anak-anak Nya binasa.
Ayub berkata kepada Tuhan, 'Aku tahu, bahwa Engkau (Elohim) sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana Mu yang gagal.' (Ayub 42:2)